MASYARAKAT KAPITALIS

 Masyarakat kapitalis lahir dengan berlangsungnya ekonomi kapitalis yang faktor-faktornya sudah terkandung didalam masyarakat feodal. Faktor-faktor ekonomi kapitalis timbul dan berkembangan didalam masyarakat feodal dimulai dari timbulnya perdagangan dan ekonomi pasar yang berlangsung disamping ekonomi feodal. Ekonomi kapitalis telah menghancurkan dan menggantikan ekonomi feodal. Tetapi keping-keping ekonomi feodal masih bertahan dalam masyarakat kapitalis dalam bentuk sisa-sisa. Sisa-siasa ekonomi feodal masing berlangsung didesa-desa dibawah peranan ekonomi kapitalis yang merajai kota.
Di Indonesia, sisa-sisa ekonomi feodal masih mempunyai serabut akar yang menyerap kesuburan tanah desa dalam berbagai bentuk yang merupakan penghisapan terhadap kaum tani penggarap tanah. Antara lain berbentuk sromo bagi calaon pengarap tanah, maro bagi penggarap tanah, mro-nem atau bahkan mro-wolu, mro-rolas dan sebaginya bagi pemetik padi dan sebagainya. Sromo yaitu pembayaran sejumlah uang dari “pelamar’ tanah garapan kepada tuan feodal atau kepada tuan-tanah pemilik tanah sebagai syarat untuk bisa menggarap tanah milik tuan feodal atau milik tuan tanah tersebut.
Maro yaitu jumlah atau perbandingan pembagian hasil dari hasil produksi tanah garapan bagi penggarap tanah dan bagi tuan feodal atau tuan tanah pemilik tanah. Maro berarti bahwa jumlah perbandingan pembagian hasil itu dibagi dua atau 1 : 1, yaitu satu bagian untuk tani yang menggarap tanah, dan satu bagian lagi untuk tuan feodal atau tuan tanah yang memiliki tanah. Dalam hal maro tersebut, biaya produksi, biaya penggarapan tanah sampai pembelian bibit dan pemeliharaan tanaman dibebankan atau dipikul oleh tani yang menggarap tanah. Sedangkan tuan feodal atau tuian tanah tidak keluar sepeserpun untuk biaya produksi itu. Mereka tinggal menerima saja hasil pembagian dari hasil produksi tanah miliknya yang diparokan atau yang digarap oleh tani penggarap itu.
Adapun “maro-nem”, “maro-wolu” dan lain sebagainya, ialah jumlah perbandingan pembagian hasil petik buah tanaman (panen) — padi dan sebagainya.–, bagi yang memetik dan bagi yang mempunyai hak milik atas buah tanaman atau padi, dan sebagainya. “Mro-nem” berarti hasil petik dibagi enam dalam perbandingan 1 : 5, yaitu satu bagian untuk yang memetik dan lima bagian untuk yang mempunyai hak milik atas hasil tanaman itu. Demikian dalam “mro-wolu” berarti hasil petik dibagi delapan dalam perbandingan 1:7, yaitu satu bagian untuk memetik dan tujuh bagian untuk yang mempunyai hak milik atas hasil tanaman. Sedang “mro-rolas” berarti bahwa hasil petik dibagi dua belas dalam perbandingan 1 :11 yaitu satu bagian untuk yang memetik dan yang sebelas bagian untuk yang mempunyai hak milik atas hasil tanaman. Jumlah perbandingan bagi hasil petik buah tanaman dari panen padi dan sebagainya itu tidak tentu. Ada yang “mro-liman”, yaitu dalam perbanduingan bagi hasil 1:4. Tetapi juga ada yang sampai “mro-nembelas”, yaitu dalam perbandingan bagi hasil 1:15.
Sisa-sisa ekonomi feodal demikian itu masih terus dan bisa berjalan didesa-desa dalam masyarakat kapitalis karena sistem pemilikan feodal atas tanah-tanah didesa tidak mengalami perombakan sampai pada dasarnya. Sedang perombakan itu sendiri tidak menjadi urgen selama hal itu tidak merintangi atau tidak mengganggu jalan pembangunan dan perkembangan industri dan seterusnya.
Hukum ekonomi pokok kapitalis ialah pemilikan perorangan oleh kapitalis atas alat produksi dan kerja klas buruh dibawah ikatan kepentingan kapitalis. Sifat ekonomi kapitalis adalah ekonomi barang dagangan, yaitu memproduksi barang untuk kepentingan pasar atau untuk dijual sebagai jalan untuk mendapatkan keuntungan. Karena itu, masyarakat kapitalis adalah masyarakat barang dagangan. Artinya, dalam masyarakat kapitalis, semua menjadi barang dagangan. Termasuk tenaga kerja buruhpun menjadi sebagai barang dangan yang dijual belikan dipasar. Pasar adalah tempat penawaran dan permintaan atau tempat jual beli barang dagangan.
Masyarakat kapitalis adalah masyarakat penghisapan kaum kapitalis atas kerja kaum buruh atau masyrakat kapital yang menghisap darah manusia dan masyarakat uang yang menimbun kekayaan serta masyarakat barang dagangan yang mengejar keuntungan. Kapital, uang dan barang dagangan itu bergerak dari nafas penghisapan atas kerja kaum buruh. Ketiga-tiganya meruppakan tiga serangkai yang mempunyai peranan penting dalam gerak masyarakat dan kehidupan kapitalis yang hidup dari nafas [penghisapan atas kerja kaum buruh. Sebab kapitalis dan kapitalisme tidak bisa hidup menghisap tanpa kapital dan tanpa peranan uang serta produksi barang dagangan. Penghisapan kapitalis atas tenaga kerja dan hasil kerja kaum buruh begitu halus, melalui jalan yang sangat berliku-liku dengan cara-cara yang rumit, sangat terselubung dan penuh rahasia. Demikian itu penghisapan kaitalis atas buruh menjadi sangat tidak kentara. Begitu tidak kentaranya sampai bisa tidak dimengerti dan tidak terasa oleh kaum buruh bahwa sesungguhnya mereka itu hidup bekerja didalam cengkeraman dan dibawah penghisapan kapitalis.
Penghisapan kapitalis yang demikian itu menampakkan diri dengan melantunkan sangat banyak gejala dalam berbagai macam bentuk yang mengandung sangat banyak persoalan. Persoalannya begitu banyak dan tidak sederhana hingga tidak mudah bisa dimengerti begitu saja, baik oleh kaum buruh yang terhisap maupun oleh mereka yang menangkap gejalanya. Tapi walau begitu dan bagaimanapun, rahasia persoalan penghisapan kapitalis bukan suatu hal yang tidak bisa diungkap. Satu-per-satu dan semua bisa diangkat ke permukaan serta bisa diketahui dan dimengerti secara jelas masalah dan persoalannya.
1. KAPITAL
Kapital ialah segala sesuatu yang dipergunakan untuk mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri. Dengan begitu kapital tidak ditinjau dan tidak ditentukan dari besar kecilnya jumlah atau keadaan sesuatu. Kapital bisa besar dan bisa kecil. Sesuatu yang besar belum tentu kapital. Sebaliknya yang kecil bisa disebut kapital. Itu ditinjau atau bergantung dari penggunaannya. Sesuatu yang besar sekalipun, bila tidak digunakan untuk mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri, bukan kapital. Sebaliknya, sesuatu yang kecil sekalipun, bila digunakan untuk mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri, disebut kapital.
Uang satu milyar rupiah yang hanya digunakan untuk membeli barang-barang keperluan hidup dan untuk mencukupi kebutuhan hidup, atau hanya disimpan sebagai kekayaan cadangan untuk membiayai kebutuhan hidup selanjutnya, itu bukan kapital dan tidak bisa disebut kapital karena uang itu tidak mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri. Uang tersebut tidak akan berkembang menjadi tambah jumlah dan nilainya, tetapi akan menyusut dan akhirnya akan habis tergunakan. Sebaliknya, uang seratus rupiah yang dipinjam-bungakan seperti misalnya dipinjamkan dengan bunga lima persen atau lebih dan sebagainya, itu disebut kapital karena uang itu mendatangkan nialai baru disamping nialinya sendiri, yaitu mentangkan uang lima rupiah disamping yang seratus rupiah sebagai nilainya sendiri. Jadi uang itu berkembang menjadi tambah jumlah dan nilainya, yaitu dari nilai sendiri yang Rp 100,- ditambah nilai barunya yang Rp.5,- menjadi Rp. 105,-.
Dalam bentuk lain, misalnya uanga Rp. 100,- itu digunakan untuk membeli barang. Lalu barang itu dijual lagi dengan harga diatas harga belinya yang Rp. 100,-- menjadi Rp. 110,-- dan sebaginya. Maka uang Rp. 100,-- itupun disebut kapital karena mendatangkan nilai baru yaitu Rp. 10,-- disamping nilainya sendiri yang Rp. 100,--. Atau dalam bentuk lain lagi, uang Rp. 100,-- itu digunakan untuk membeli bahan mentah dan membayar tenaga kerja untuk menangani bahan mentah itu dalam satu proses produksi membuat barang. Selanjutnya sesudah barang itu jadi, lalu di jual dengan harga lebih dari nialinya sendiri yang Rp. 100,-- menjadi Rp. 120,-- dan sebaginya. Maka jelas bahwa uang Rp. 100,-- itu disebut kapital karena mendatangkan nilai baru yaitu Rp. 20,-- disamping nilainya sendiri yang Rp. 100,--
Dengan begitu kapital tidak mesti berwujud uang. Bisa juaga berwujud barang karena barangpun bisa digunakan untuk mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri. Seperti tanah, rumah, meja-kursi, pakaian, perhiasan, type recorder, kaset dan sebaginya, yang disewakan, yang hasil seluruh sewanya melebihi nilainya sendiri. Misalnya satu stel kaset cerita wayang seharga Rp 8.00,-- disewakan sehari atau semalam suntuk Rp. 500,-- Kekuatan pakai bisa disewakan samapi 30 kali hari atau malam suntuk, yang berarti bisa mencapai seluruh sewanya Rp. 15.000,-- Dengan begitu nilai baru yang didatangkan ialah Rp. 15.000,-- Rp. 8.000,-- = Rp. 7.000,-- disamping nilainya sendiri yang Rp. 8.000,--. maka kaset itu disebut kapital. Atau misalnya satu stel meja-kursi seharga Rp. 20.000,-- disewakan sehari atau semalam Rp. 100,-. Kekuatan pakai samapi satu tahun atau 365 kali hari atau malam, yang berarti bisa mencapai seluruh sewanya 365 x Rp. 100,-- = Rp. 36.500,--. Dengan begitu mendatangkan nilai baru sebesar Rp. 36.500,-- - Rp. 20.000,-- = Rp 16.000,-- disamping nilainya sendiri Rp. 20.000,--. maka meja-kursi itupun disebut kapital. Demikian selanjutnya mobil, sepeda motor, becak, sepeda dan sebagainya yang disewakan, semua disebut kapital karena mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri.
A. Bentuk Kapital


Dari apa yang diuraikan diatas, jelas bahwa kapital mempunyai dua bentuk pokok, yaitu uang dan barang. Kapital bentuk uang disebut kapital uang atau kapital Finance. Sedang kapital bentuk barang disebut kapital barang. Dari kedua bentuk kapital itu, kapital uang merupakan kapital yang paling lincah dan praktis. Mudah dipertukarkan, mudah dipindahklan, mudah pemeliharaannya, pengamanannya dan pengembangnya dan sebagainya. Karena itu kapital uang peranannya lebih penting daripada kapital barang. Maka kapitalis uang atau pengusaha kapital uang seperti tukang mindring atu tukang meminjamkan uang kecil-kecilan sampai bankir atau pengusaha uanga kapital barang seperti tukang menyewakan barang dan sebaginya.
B. Macam Kapital
Dari apa yang diuraikan tersebut juga jelas bahwa ada tiga macam kapital, yaitu kapital riba, kapital dagang, dan kapital usaha. Kapital riba ialah kapital yang dipinjam bungakan. Kapital ini biasanya berbentuk uang yang dipinjam-bungakan secara kecil-kecilan oleh tukang-tukang mindring melalui pinjam-meminjam, oleh tukang-tukang gadai melalui gadai barang, gadai tanah, gadai tanaman, ijon dan sebagainya. Atau dipinjam-bungakan sanpai secara besar-besaran oleh tuan-tuan bankir melalui bank-bank dengan kreditnya. Karena itu kapital riba secara besar dan modern disebut juga sebagai kapital bank. sesuai dengan itu, kapital barang yang dipinjam-sewakan pada hakekatnya juga termasuk dalam katagori kapital riba.
Kapital barang ialah kapital yang digunakan untuk perdagangan barang-barang atau yang digunakan untuk jual-beli barang tanpa melalui proses produksi. Kapital usaha ialah kapital yang digunakan untuk suatu produksi barang bagi kepentingan atau keperluan pasar, atau kapital yang digunakan untuk jual-beli barang dengan exploitasi tenaga melalui satu proses produksi. Kapital usaha ini bisa keci dan bergerak dalam produksi kecil-kecilan kerajinan tangan oleh tukang-tukang kerajinan tangan atau pekerja-pekerja tangan kecil-kecilan rumah tangga dan sebagainya. atau juga bisa besar dan bergerak dalam produksi besar-besaran industri atau perusahaan oleh kerja buruh atas usaha kaum industrialis atau pengusaha. Karena itu, kapital usaha secara besar dan modern disebut juga sebagai kapital industri atau kapital perusahaan.
C. Peranan Kapital
Kapital mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan dalam sistem kapitalisme dan dalam kehidupan masyarakat kapitalisme. Sebab tanpa kapital, kapitalisme tidak akan berjalan dan kehidupan masyarakat kapitalis juga tidak akan berlangsung. Tanpa kapital, seseorang tidak akan bisa mulai menjadi seorang kapitalis, baik sebagai kapitalis bank, maupun sebagai kapitalis dagang, ataupun sebagai kapitalis industri.
Untuk menjadi seorang kapitalis, baik kapitalis bank, maupun kapitalis dagang, ataupun kapitalis industri, orang harus lebih dahulu mempunyai kapital. Sebagaimana kapitalis bank, untuk memulai dengan membuka kredit-bunganya, kapitalis dagang untuk mulai membeli dan menjual barang, kapitalis industri untuk mulai dengan produksi barang, semua harus lebih dahulu mulai dengan mempunyai dan menggunakan kapital. Begitu besar peranan kapital dalam sistem kapitalisme dan dalam kehidupan masyarakat kapitalis, maka nilai dan bobot dan peranan seseorang atau seorang kapitalis juga diukur dari hubungannya dengan kapital. Mempunyai kapital atau tidak, dan kapitalnya itu besar atau kecil.
Dalam kapitalisme dan dalam masyarakat kapitalis, orang yang tidak mempunyai kapital juga berarti tidak mempunyai nilai atau mempunyai bobot dan tidak mempunyai peranan. Oarang yang mempunyai kapital akan lebih berharga dan terhormat daripada yang tidak mempunyai kapital. Sedang orang yang sama-sama mempunyai kapital, tetapi kalau kapitalnya kecil, maka nilai atau bobot peranannya juga kecil. Sebaliknya, orang yang kapitalnya besart, nilai atau bobot dan peranannya juga besar. Orang yang kapitalnya besar, nilai atau bobot dan peranannya akan lebih besar serta lebih berharga dan dihormati daripada yang kapitalnya kecil. Makin besar kapitalnya, makin besar pula nilai atau bobot dan peranannya, makin dihargai dan dihormati, bahkan juga menentukan, tidak hanya dalam ekonomi, tetapi juga dalam kehidupan masyarakat, sosial dan politik.
Begitulah, kapitalis besar atau kapitalis monopoli dalam negeri juga mempunyai peranan atau pengaruh yang besar, bahkan juga menentukan perkembangan ekonomi, sosial dan politik dalam negeri. Sedang dalam forum dunia, kapitalis raksasa atau kapital monopoli dunia atau imperialis, juga mempunyai peranan atau pengaruh yang besar, bahkan juga menentukan perkembangan ekonomi, sosial dan politik dunia. Tentang peranan kapital tesebut, dari tiga macam kapital, yaitu kapital bank, kapital dagang dan kapital industri, yang mempunyai peranan dan pengaruh yang paling besar serta paling menentukan dalam sistem dan kehidupan kapitalisme adalah kapital bank. Kapital bank yang hidup bergerak dan berkembang dalam bentuk kapital uang atau kapital finance dengan peranan kapital uang yang sangat penting itu, merupakan centrumatau poros dan bahkan juga sebagai urat nadi dari gerak dan berkembangnya ekonomi kapitalis dalam perdagangan dan industri.
Gerak dan berkembangnya perdagangan dan indutri dalam ekonomi kapitali yang tidak terpisah dari peranan uanga, sangat membutuhkan dan memerlukan uang, menjadiu tidak lepas dari peranan uanga. itu berarti tidak lepas dari peranan kapital bank karena kapital bank yang paling berkuasa atas kapital uang. Dengan begitu, kapaitalis bank sebagai kapitalis yang berkuasa dan menjalankan kapital uang dengan banknya sebagai lat pelaksananya juga memegang peranan yang sangat penting dan pengaruh yang sangat dalam proses produksi industri dan peredaran barang dagangan. Bahkan memegang peranan dan pengaruh langsung dalam proses pengendalian produksi terutama, karena kapital bank juga sampai menguasai dan memimpin kapital industri bila kapital bank dan kapital industri itu berpadu menjadi satu. Itu berarti kapital bank mempunyai peranan yang sangat penting dan pengaruhnya yang sangat besar atas sirkulasi atau perputaran serta gerak dan perkembangan ekonomi kapitalis. Demikianlah peranan kapital bank dalam sistem ekonomi kapitalis. Adapun kapital dagang sebagai kapital yang bergerak secara langsung dalam perdagangan juga mempunyai paranan yang penting dalam sistem ekonomi kapitalis dan masyarakat kapitalis karena merupakan penyelur produksi barang dangana ke dalam masyarakat konsumen.
Dalam sistem ekonomi kapitalis, kapital dagang tidak mungkin dan tidak bisa ditiadakan karena produksi industri tidak akan langsung sampai dan memasuki masyarakat konsumen tanpa melalui perdagangan. Dengan begitu kapital dagang yang mempunyai perana sebagai penghubung atau perantara dan penyalur produksi industri ke konsumennya. Peranan demikian itu penting dalam sirkulasi atau perputaran dari beredarnya barang dagangan dalam kehidupan ekonomi masyarakat kapitalis. Mengenai peranan kapitalis, ini adalah kapital yang vital karena langsung mengusai propfduksi bagi dan dalam kehidupan masyarakat. tanpa kapital industri tidak akan ada produksi barang-dagangan bagi keperluan kehidupan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalis. Dengan kapital-kapital yang lain tidak akan berfungsi tanpa ada dan berjalannya kapital industri, yang berarti kehidupan kapitalismepun tidak berfungsi. Sebab sebagaimana dikatakan, masyarakat kapitalis adalah masyarakat barang-dagangan. Maka tanpa produksi barang-dagangan, masyarakat kapitalis menjadi tidak berarti. Karena itu kapital industri sebagai kapital yang langsung mengusahakan dan memproduksi barang dagangan, mempunyai peranan yang vital dan merupakan basis dari kehidupan ekonomi kapitalis.
D. Watak dan Sifat Kapital
Watak dan sifat kapital adalah menghisap atau exploitatif, mengembang atau anak-beranak dan memusat atau akumulatif. Kapital berwatak dan bersifat menghisap dan exploitatif karena kapital digunakan dan bergerak selalu dengan tujuan dan tuntutan untuk mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri, sesuai dengan arti dan pengertiannya tentang kapital.Selanjutnya nilai baru yang didatangkan disamping nilainya sendiri itu selalu datang dari mengambil dan mengurangi hasil orang lain atau hasil tenaga dan keringat manusia. Tanpa melalui itu, tidak akan bisa terjadi kapital bisa mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri. Jelas bahwa kapital itu menghisap tenaga dan keringat atau darah manusia.Maka tepat sekali bila dikatakan bahwa kapital tidak ubahnya seperti binatang vampir yang hidupnya dari menghisap darah manusia. dalam hal ini yang menjadi sasaran dan mangsa langsung adalah tenaga dan keringat serta manusia pekerja(buruh).
Kapital berwatak dan bersifat mengembang karena kapital digunakan dan bergerak untuk mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri tidak hanya sekali, tetapi berulangkali dan terus menerus hingga nilai baru yang didatangkan disamping nilainya sendiri juga datang tidak hanya sekali. Demikian, nilai barau yang berulang kali dan terus-menerus datang menjadi bertambah-tambah, dan jumlah tambahan-tambahan itu tidak lalu dihabiskan atau habis untuk keperluan hidup si kapitalis yang mempunyai kapital tersebut. Tetapi sikapitalis mengambil nilai baru yang terus bertambah dari hasil kapitalnya itu hanya sebagian, bahkan sebagian kecil, untuk keperluan hidupnya sekeluarga dan lain-lain. Sedang sisanya dijadikan kapital tambahan yang ditambahkan dan disatukan dengan kapital lama, atau dipencar menjadi kapital anak dari kapital induk atau menjadi kapital yang “berdiri sendiri”.Sebagai kapital tambahan yang ditambahkan pada dan disatukan dengan kapital lama berarti memperbesar kapital dan perusahaanm yang sudah berjalan. Sedang yang dipencar sebagai kapital naka atau sebagai kapital yang “berdiri sendiri” berarti memperluas kapital dan usaha yang sudah berjalan. Hal itu misalnya kapital Rp. 1 milyar. Nilai baru yang dihasilkan disamping nilainya sendiri Rp 100 juta. Dari nilai baru Rp 100 juta itu diambil si kapitalis untuk keperluan hidupnya sekeluarga dan lain-lain hanya Rp 10 juta. Lalu sisanya yang 90 juta ditambahkan pada dan disatukan dengan kapital lama Rp 1 milyar menjadi Rp 1,09 milyar. Atau Rp 90 juta itu dijadikan anak kapital dari induk kapital untuk membentuk dan bergerak dalam perusahaan cabang dari perusahaan pusat. Anak perusahaan atau perusahaan cabang itu bergerak melayani atau sejalan dengan kepentingan induk perusahaan atau perusahaan pusat. Umpamanya induk kapital bergerak dalam induk perusahaan tektil. Anak kapitalnya bergerak dalam anak perusahaan wenter, perusahaan benang dan sebagainya. Induk kapital bergerak dalam induk perusahaan rokok, anak kapitalnya bergerak dalam perusahaan tembakau, perusahaan cengkeh dan sebagainya. Atau bila induk kapital bergerak dalam perusahaan mobil pusat, anak kapitalnya bergerak dalam perusahaan mobil cabang. Induk kapitalnya bergerak dalam perusahaan baja pusat, anak kapitalnya bergerak dalam perusahaan baja cabang. Atau bila Rp. 90 juta itu dijadikan kapital yang “ berdiri sendiri”, berarti bisa bergerak dalam usaha dan bentuk baru. Umpamanya kapital lama 1 Milyar bergerak dalam perusahaan textil atau perusahaan rokok dan sebagainya. kapital Rp. 90 juta yang dipencarkan dan “berdiri sendiri” itu bisa bergerak dalam perusahaan roti, perusahaan jobin dan sebagainya. Atau bisa juga disahamkan dalam perusahaan yang sudah berjalan, atau bisa bekerjasama dalam bentuk bersaham dengan kapital lain membuat perusahaan baru. Dalam hal ini banyak diketahui kapital-kapital perusahaan yang sudah berjalan dengan membeli saham-sahamnya. Sebaliknya juga banyak kapital-kapital perusahaan menamamkan anak kapitalnya kedalam perusahaan-perusahaan bank.
Demikian kapital itu mengembang, membesar dan meluas anak-beranak, tangkar-tumangkar, cabang-bercabang, kawin-berpadu membentu jalur-jalur hubungan atau saling hubungan yang komplek dan tidak sederhana, taut bertaut, tali-temali dalam saru kapital atau antara yang satu dengan yang lain sampa bisa tidak mudah dimengerti. Selanjutnya kapital itu berwatak memusat atau akumulatif karena kapital yang bergerak mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri tidak hanya satu-dua kapital, tetapi banyak sekali, besar dan kecil. Semua bergerak dalam ruang saling-bersaing dan dimedan saling bertarung berebut sasaran menjangkau nilai baru. Dalam persaingan dan pertarungan itu kapital yang kecil dan lemak kalah dan hancur dipukul dan dimakan oleh kapital yang besar dan kuat. Demikian, kapital-kapital yang kecil dan lemah sama berjatuhan menjadi “makanan empuk” dari kapital-kapital yang besar dan kuat atau kapital-kapital raksasa. Kapital-kapital yang besar dan kuat atau kapital-kapital raksasa menjadi meraja-raja merajai ruang dan medan gerak. Seperti misalnya kapital-kapital kecil dan lemah dalam perusahaan textil salaing berjatuhan, hancur dan gulung tikar dipukul oleh kapital-kapital besar dan kauat atau kapital-kapital raksasa perusahaan textil dalam persaingan dan pertarungan. kapital-kapital besar dan kuat atau kapital-kapital raksasa perusahaan textil menjadi menguasai dan memonopoli ruang dan medan gerak atau pasarn per-textilan serta memonopoli produksi textil bagi pasar.
Dengan begitu kapital-kapital industri textil menjadi memusat atau berakumulasi kesatu-dua kapital besar atau kapital raksasa industri tektil. Begitu juga kapital-kapital dilapangan perusahaan lain akan mengarah pula menuju ke pemusatan atau berakumulasi menjadi satu-dua kapital besar atau raksasa. Kalanya persaingan dan pertarungan kapital-kapital kecil dan lemah yang menyebabkan kejatuhan dan kehancurannya melawan kapital-kapital besar dan kuat atau kapital-kapital raksasa itu tidak hanya dalam persaingan dan pertarungan pemeblian bahan mentah atau bahan baku bagi produksi industrinya. Kapital-kapital besar dan kapital-kapital raksasa dalam harga penjualan hasil produksi industrinya dipasar bisa lebih rendah dari pada kapital-kapital kecil hingga menyebabkan hasil produksi kapital-kapital kecil tersisih atau tidak laku.Kapital-kapital besar atau kapital-kapital raksasa bisa menjual hasil produksi industrinya dipasar dengan harga lebih rendah dari pada kapital-kapital kecil karena alat kerja atau mesin-mesinya serba modern denga kapasitas kerja dan kualitas produksinya yang tinggi dibanding dengan alat kerja atau mesin-mesin yang sederhana milik kapital-kapital kecil dengan kapasitas kerja dan kualitas produksinya rendah. Sebagai misal, mesin modern sehari bisa menghasilkan 10 meter kain, sedangkan mesin sederhana hanya 2-3 meter.
Selanjutnya kapital-kapital besar atau kapital-kapital raksasa dalam pembelian bahan mentah atau bahan baku bisa lebih murah dan murah dari pada kapital-kapital kecil karena kapital-kapital kecil karena kapital-kapital besar atau kapital-kapital raksasa bisa merebut penguasaan secara monopoli atas sumber atau pasar bahan mentah atau bahan baku yang diperlukan. Akibatnya kapital-kapital kecil menjadi tidak mudah mendapatkan bahan mentah atau bahan baku yang diperlukan atau membelinya dengan harga tinggi. Jadi berat bagi kapital-kapital kecil karena dengan begitu biaya produksi industrinya lebih tinggi, sedang harga jual hasil produksinya lebih rendah dari pada biaya produksinya. Menghadapi persaingan dan pertarungan harga penjualan hasil produksi industri dipasar serta pembelian bahan mentah atau bahan baku keperluan industri, ataupun menguasai dan memonopoli sumbernya melawan kapital-kapital besar atau kapital-kapital raksasa, kapital-kapital kecil tidak berdaya. Akan menandingi, kapitalnya tidak mampu. Untuk membeli mesin-mesin modern, harganya begitu tinggi, tidak terjangkau oleh kapital kecil. Maka kapital kecil tidak bisa lain kecuali jatuh, hancur, dan gulung tikar.
Demikian proses pemusatan atau proses akumulasi kapital. Kapital besar atau kapital raksasa memukul hancur dan memakan kapital-kapital kecil hingga kapital menjadi memusat dan berakumulasi pada hanya sat-dua kapital besar atau kapital raksasa. Kemudian kapital itu berwatak dan bersifat menghisap. Karena itu kapital juga berwatak dan bersifat jahat serta kejam. Maka dengan sendirinya kapitalis, ortang yanga menjalankan kapital dan hidup dari kapital, juaga berwatak dan bersifat jahat serta kejam. Segala pernyataan dan tindakan yang tampaknya “baik” atau “bijaksana” dari kapitalis hanyalah gejala yang semu dan munafik yang mengemukakan karena terpaksa, dan bagaimanapun, kapitalis akan tetap hidup berpijak pada dan dari penghisapan tenaga, keringan dan darah manusia.
Sudah disebutkan bahwa ada tiga macam kapital, yaitu kapital bank, kapital dagang, dan kapital Imdustri. Semua macam kapital itu berwatak dan bersifat jahat karena semua menghisap. Hanya bentu dan kadar penghisapannya yang berbeda. dalam hali ini, dari ke-tiga macam kapital itu, kapital bank yang paling jahat. Kapital bank dalam menghisap bentuknya terang dan kadarnya sangat tinggi. Hanya dengan “mengeram” sudah bisa secara intensif menghisaf “dara” dan keringat sasaranya sampai “kurus kering” atau lemah lunglai tidak berdaya. Karena itu kapitalis nak atau bankir adalah reaksioner.
Kapital dagang dalam menghisap bentuknya sederhana, yaitu “mengait” atau “merogoh” isi kantong konsumen. Tetapi caranya licin, bahkan juga licik dan banyak variasi sehingga sering mengaburkan. Targenya “mengait” atau “merogoh” kantong konsumen tidak menentu. Seperti tanpa target. Sering tergantung pada situasi dan mengexploitasi situasi itu untuk bisa merogoh isi kantong konsumen lebih dalam dan lebih banyak, sedalam dan sebanyak mungkin bisa mendapatkannya. Samapi robek seklipun kantong konsumen itu, tidak menjadi soal bagi kapitalis dagang. Karena itu kapitalis dagang paling liberal, berbelit-belit, tidak jujur, dan sangat suka bermain pat gulipat dengan banyak variasi kasar dan halus yang meyesatkan.
Kapaital industri dalam mengisap bentuknya paling terselubung dan sangat tidak kentara hingga tidak mudah dimengerti oleh siapapun. Termasuk yang terhisap sendiripun, yaitu kaum buruh, juga tidak mudah untuk bisa mengerti bahwa mereka dihisap. Penghisapannya juga intensif dengan merampas nilai lebih hasil kerja kaum buruh. Dengan mempekerjakan kaum buruh, kapital industri bergerak untuk merampas sebagian hasil kerjanya.Sesuai dengan tujuannya untuk merampas sebagian hasil kerja kaum buruh tersebut, kapitalis industri selalu berusaha bisa meningkatkan intensitas kerja industrinya. Maksudnya, dengan begitu supaya bisa merampas sebagian sangat besar hasil kerja kaum buruhnya yang disebut nilai lebih. Jelasnya, nilai lebih hasil kerja buruh yang dirampas oleh kapitalis.
Untuk bisa mendapatkan lebih banyak nilai lebih kapitalis tidak hanya selalu berusaha bisa meningkatkan intensitas kerja industrinya, tetapi juga dalam hubungannya dengan itu, selalu berusaha mencari dan menemukan jalan bisa mengintensifkan kerja kaum buruhnya dan menggunakan alat-alat kerja industri yang benar-benar produktif. Artinya, si kapitalis harus menggunakan alat-alat kerja yang baik atau yang modern dan menimbulkan dorongan untuk bisa tercipta alat-alat seperti itu. Dengan begitu kapitalis industri ikut mempunyaoi peranan dalam mendorong maju perkembangan alat kerja industri menjadi modern. Karena itu kapitalis industri adalah kapitalis yang maju dari pada kapitalis-kapitalis yang lain. Sebab dengan mendorong maju perkembangan alat kerja industri menjadi modern berarti juga mendorong maju kehidupan masyarakat, sosial, politik dan ekonomi.
E. Lahirnya Kapital
Kapital adalah kekayaan yang ditimbun dan digunakan untuk mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri. Penimbunan kapital itu bisa dari hasil kerja sendiri, bisa dari merampas hasil kerja orang lain dan dari merampas milik orang lain, dan sebagainya.
Pada mula sejarahnya, manusia secara pribadi orang seorang tidak mempunyai milik sesuatu kecuali kekayaan alam seisinya sebagai milik bersama secara kolektif. Maka kalau sampai terjadi ada yang bisa memilik kekayaan yang bertimbun, itu tentu dari hasil kerjanya sendiri yang melebihi kebutuhan dan keperluan hidupnya, atau dari merampas hasil kerja orang lain atau dari merampas milik orang lain. Menimbun kekayaan dari hasil kerjanya sendiri, jelas tidak bisa dalam proses yang cepat. Prosesnya akan sangat lama untuk bisa menimbun kekayaan dari hasil kerjanya sendiri. Proses yang lambat dalam penimbunan kekayaan juga berarti lambat dalam pembentukan kapital. Kelambatan yang demikian akan tidak bisa menampung gerak cepat proses ekonomi ke kapital. Kelambatan yang demikian akan tidak bisa menampung gerak cepat proses perkembangan ekonomi ke kapitalisme.
Untuk bisa menampung gerak cepat proses perkembangan ekonomi ke kapitalisme perlu ada penimbunan kekayaan secara cepat pula sebagai kapital. Sebab tanpa adanya kapital, tidak bisa dimulai berlangsungnya produksi kapitalis sebagai sendi dari ekonomi kapitalis dan kapitalisme. Dengan timbulnya perkembangan untuk menimbun kekayaan secara cepat sebagai kapital, berartiharus melakukan permpasan-perampasan terhadap hasil kerja orang lain ataumilik orang lain. Maka lalu terjadi proses penimbunan kapital secara primitif atau penimbuan primitif kapital. Penimbunan kapital yang sudah sangat terkenal telah terjadi dan berlangsung di Inggris oleh raja dankaum feodal dalam menghadapi proses perkembangan perdagangan bulu domba sejalan dengan proses perkembangan maju industri dan perdagangan wol di Eropa.
Penimbunan kapital primitif di Inggris itu dilakukan dengan terjadi dan berlangsungnya pengusiran besar-besaran terhadap kaum tani penggarap daritanah garapanya. Akibatnya, ratusan dan ribuan kaum tani penggarap menjadi proletar, kaum yang sudah tidak mempunyai apa-apa lagi kecuali tenaga kerja dan anaknya. Mereka terpaksa menggelandang ke kota-kota karena di desa tidak bisa hidup dengan hilangnya tanah garapannya yang dirampas oleh raja dan tuan-tuan feodal untuk dijadikan ladang pengembalaan domba penghasil bulu bahan pembuat wol.
Di Indonesia juga terjadi dan berlangsung penimbunan primitif kapital ketika zaman VOC [Verenigde Oost-Indice Company], yaitu perhimpunan dagang Hindia Timur dari laum pedagang rempah-rempah Belanda. Penimbunan kapital primitif di Indonesia pada zaman VOC itu dilakukan oleh VOC yang sangat terkenal dalam sejarah dengan terjadi dan berlangsungnya Hongi tochten, yaitu perang rempah-rempah di Sulawesi dll. Pulau rempah-rempah untuk menindas perlawana kaum tanirempah-rempah terhadap perampasan tanaman dan hasilremapah-rempahnya oleh VOC. Ratusan dan ribuan kaum tani dipulau itu meninggal dipenggal lehernya oleh pedagang atau ditembus dadanya oleh peluruh VOC.
Demikian kapital lahir pada berabad-abad atau beratus-ratus tahun yang lampau dari genangan darah dan air mataratusan dan ribuan kaum tani sekeluarganya, baik di Eropa dan Indonesia dan negeri-negeri lainnya lagi.
Kelahiran kapital dari proses penimbunan primitif itu telah memperpecepat pula proses berlangsungnya ekonomi kapitalis dan lahirnya kapitalisme. Sesudah penimbunan kapital secara primitif itu semakin sulit, tidak populer dan tidak bisa dilakukan sejalan dengan perkembangan zaman seta berkembangnya kapital itu sendiri, lalu terjadi dan berlangsung proses dan bentuk-bentuk lain penimbunan kapital, yaitu dengan menyisihkan sebagian besar nilai baru yang didatangkan oleh kapital disamping nilai sendiri dan menambahkan pada kapital lama yang disatukan menbjadi besar, atau dipencar menjadi kapital anak dari kapital lama yangmenjadi kapital induk, atau menjadi kapital yang “berdiri sendiri”, atau menjadi kapital cabang dari kapital pusat. Kecuali itu juga terjadi pembentukan kapital oleh tuan-tuan feodal yang akan berpindah klas dari klas feodal ke klas kapitalis dengan melalui penjualan semua atau sebagian besar hak milik tanahnya. Hasil penjualan itu lalu dijadikan kapital yang membuatnya menjadi kapitalis atau orang yang menjalankan kapital.
Dengan kapital yang dibentuk atas penjualan tanahnya itu, kaum feodal yang akan berpindah klas menjadi klas kapitalis mulai melakukan kegiatan sebagai kapitalis yang yang hidup dari kapitalnya. Atau juga tidak sedikit, dan banyak pula dari mereka yang mengambil jalan yang gampang yaitu menjadi kapitalis riba dengan memasukkan kapitalnya kedalam bank dan hidup dari bunga kapitalnya itu. Dengan begitu mereka tidak perlu banyak pikiran seperti merka yang menjadi kapitalis industri atau kapitalis dagang. Kaum feodal hidup dari penghasilan tanahnya. Sedangkan kapitalis hidup bergantung dari nilai baru kapitalnya yang didatangkan disamping nilainya sendiri. Maka kaum feodal dalam menjual tanahnya untuk dijadikan kapital juga menghitung benar-benar supaya kapital yang dibentuk dari penjualan tanahnya itu bisa mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri, sedikitnya sama dengan hasil tanahnya pada tiap musim sebelum tanahnya itu dijual. Dengan begitu penghasilan kaum feodal itu tidak akan berkurang bila mereka berpindah klas menjadi klas kapitalis.Berhubung dengan itu kaum feodal menetapkan harga tanahnya juga sebesar kapital yang bisa mendatangkan nilai baru disamping nilainya sendiri, sedikitnya sama dengan hasil tanahnya yang dijual itu menurut hasilnya satu musim atau satu tahun. Penetapan harga tanah atas dasar perhitungan yang demikian itu bisa mengambil cara yang sederhana dengan mengambil pedoman pada besarnya prosentase bunga simpanan di bank selama satu tahun. Dengan pedoman itu hasil tanah satu musim atau satu tahun dinilai sama dengan hasil bunga simpanan dalam bank satu tahun. Jadi bila hasil tanah satu musimatau satu tahun disamakan dengan dengan hasil prosentase bunga uang simpanan sebagai kapital dalam bank satu tahun, maka berarti harga tanah yang dijual harus sama besarnya dengan uang simpanan sebagai kapital dalam bank satu tahun yang bisa menghasilkan sejumlah bunga yang jumlahnya sama dengan hasil tanah satu musim atau satu tahun.
Dengan begitu cara menetapkan harga tanah yang dijual untuk dijadikan kapital adalah sebagai berikut:
Besarnya hasil tanah
_____________________________
Besarnya prosentase bunga bank
Atau
Besarnya hasil tanah
__________________________
besarnya prosentase bunga bank
Jelasnya, misalkan hasil tanah satu tahun Rp 1.000.000,00dan bunga bank satu tahun 10%. Mka harga tanah adalah:
Rp 1.000.000,00 = Rp 1.000.000,00 = Rp 1000.000,00 : 1 = Rp 1.000.000,00 x 10 = Rp 10.000.000,00
10:100 1:10 10
Dengan harga tanah Rp 10.000.000,00 dan bunga bank 10% satu tahun berarti bila uang harga tanah sebesar Rp 10.000.000,00 itu dimasukkan dalam bank sebagai kapital, akan mendapatkan bunga Rp 1.000.000,00 satu tahun. Jadi sama besarnya dengan hasil tanah satu tahun, yaitu Rp 1.000.000,00. Atau misalkan hasil tanah satu tahun Rp 1.000.000,00 dan bunga bank 20 %. Maka harga tanah adalah :
Rp 1.000.000,00 = Rp 1.000.000,00 = Rp 1.000.000,00 : 1_ = Rp 1.000.000,00 x 5: 1 = Rp 5.000.000,00
20 : 100 1 : 5 5
lalu uang harga tanah rp 5.000.000,00 itu dimasukkan dalam bank dengan bunga 20 % satu tahun, berarti akan mendapat bunga Rp 1.000.000,00. Jadi sama dengan hasil tanah selama satu tahun.
Demikian dasar dan pedoman untuk menetapkan harga penjualan tanah kaum feodal atau kaum pemilik tanah yang uang hasil penjualan itu akan dijadikan kapital dalam usahanya berpindah klas sebagai klas kapitalis.
Dari kenyataan-kenyataan sejarah tersebut menunjukkan bahwa lahirnya kapital melalui tiga macam proses, yaitu:
1. Melalui proses penimbunan kapital secara primitif atau penimbunan primitif kapital yang berlangsung dengan dilakukannya perampokan atau perampasan atas tanah garapan kaum tani oleh tuan-tuan feodal, atau atas hasil kerja kaum tani oleh tengkulak-tengkulak, dan sebagainya.
2. Melalui proses penimbunan nilai baru yang didatangkan kapital disamping nilainya sendiri yang berlangsung dengan disishkannya nilai baru itu sebagian demi sebagian setiap kali datang. Kemudian sesudah cukup terkumpul lalu dijadikan kapital baru oleh si kapitalis.
3. Melalui proses penjualan tanah, dan sebagainya, milik tuan feodal dalam usahanya berpindah klas menjadi kapitalis yang berlangsung dengan pembentukan kapitalnya dari hasil penjualan tanah, dan sebagainya tersebut.
Perpindahan klas feodal ke klas kapitalis terjadi karena pekembangan maju ekonomi kapitalis yang tampak mempunyai persepektif daripada ekonomi feodalisme yang mulai tampak suram. Disamping itu juga karena aksi-aksi kaum tani dan perlawanan-perlawanan anti feodalisme yang terasa dan tampak mulai mengkhawatirkan dan membahayakan feodalisme hingga tidaka akan menguntungkan untuk meneruskan kehidupan dalam ekonomi feodalisme. Maka sebelum perkembangan negatif bagi ekonomi feodalisme benar-benar datang dan terjadi, tidak sedikit tuan-tuan feodal yang berpindah klas menjadi kapitalis dengan menjadikan tanah miliknya sebagai kapital. Dengan begitu mereka tidak sampai kehilangan tanah miliknya yang mungkin bisa terjadi sebagai akibat dari adanya aksi-aksi dan perlawanan-perlawanan anti feodalisme.
Jadi kepindahan klas tuan-tuan feodal menjadi kapitalis berarti satu cara untuk menyelamatkan hak miliknya bagi kelangsungan ekonomi pribadinya.
F. Pengertian macam Kapital dalam kegiatan Industri
Dalam kegiatan produksi industri kapitalis terdapat apa yang disebut kapital konstan dan kapital variabel. Kapital konstan adalah kapital tetap, sedangkan kapital variabel adalah kapital beralir. Pengertian tentang dua macam kapital tersebut terdapat perbedaan yang saling bertentangan antara teori dari ekonomi kapitalis dengan teori dari Ekonomi Politik Marxis [EPM].
Menurut teori atau ilmu ekonomi kapitalis atau ekonomi borjuis, yang disebut sebagai kapital konstan adalah kapital yang tidak beergewrak seperti mesin, perlengkapan kerja, perkakas kerja, bangunan industri, gudang, dan sebagainya. Sedang kapital variabel ialah kapital yang bergerak atau yang beralir, seperti bahan mentah minyak, dan sebagainya. Adapun tenaga buruh yang juga merupakan satu faktor dalam kegiatan industri, disebut partnership dari kapitalis. Bukan sebagai kapital.
Berbeda dengan macam kapital tersebut, menurut teori atau ilmu ekonomi politik Marxis, kapital konstan ialah juga kapital tetap atau tidak bergerak, dalam arti kapital yang tidak menghasilkan nilai lebih. Dengan begitu menurut teori atau ilmu ekonomi politik Marxis yang disebut kapital konstan bukan hanya mesin, perlengkapan kerja, perkakas kerja, bangunan industri, gudang, dan sebagainya. Tetapi juga bahn mentah, minyak, dan sebagainya. Sebab, semuanya itu merupakan kapital yang pasif, yang tidak menghasilkan nilai lebih. Adapun kapital yang menghasilkan nilai lebih adalah kapital variabel. Jadi, kapital variabel ialah kapital yang beralir, dalam arti kapital yang menghasilkan nilai lebih, kapital yang aktif, dan itu adalah tenaga kerja buruh sebagai satu-satunya macam kapital yang menghasilkan atau mendatangkan nilai lebih dalam proses produksi industri kapitalis. Itu bisa dimengerti karena tenaga kerja buruh adalah tenaga yang bekerja menjalankan mesin, menggerakkan perkakas kerja, mengolah bahan mentah dan sebagainya. Tanpa tenaga kerja buruh tidak akan dihasilkan nilai lebih. Semua mesin, perkakas kerja, bahan mentah dan sebagainya tidak akan ada artinya tanpa tenaga kerja buruh. Keadaannya akan tetap sama. Tidak akan mendapatkan hasil apa-apa bagi si kapitalis.
Jelas, bahwa yang menghasilkan nilai lebih adalah tenaga kerja buruh. Maka untuk bisa menghasilkan nilai lebih dalam satu proses produksi industrinya, si kapitalis harus mendapatkan tenaga kerja buruh, yang itu harus dibeli. Pembelian tenaga kerja buruh oleh si kapitalis dilakukan dalam bentuk yang terselubung dan menyesatkan dengan cara memberikan uang kepada buruh yang bersangkutan sebagai upah sesudah buruh itu bekerja dan menghasilkan produksi bagi si kapitalis.Dengan cara demikian, tampaknya upah sebagai hasil kerja buruh yang menerimanya. Hal itu sama sekali tidak dimengerti oleh si buruh, bahwa sesungguhnya upah yang diterimanya itu tidak lain adalah harga tenaga kerjanya yang dibayarkan sesudah tenaga kerjanya menghasilkan nilai lebih bagi si kapitalis.Bahwa sesungguhnya upah itu adalah harga tenaga kerja buruh, dapat diikuti dari dumulainya satu proses produksi kapitalis sebagai berikut: Proses produksi kapitalis yang tujuannya untuk menghasilkan nilai lebih, dimulai dari si kapitalis dengan uang kapitalnya membeli mesin, perkakas kerja, bahan mentah dan sebagainya. Tidak hanya itu, tetapi si kapitalis juga membeli tenaga kerja buruh sebagai faktor penentu yang bisa menjalankan mesin, menggerakkan perkakas kerja dan mengolah bahan mentah dalam satu proses produksi.
Proses produksi yang demikian itu jelas menunjukkan bahwa sesungguhnya upah adalah harga tenaga kerja buruh. Di samping itu juga menunjukkan bahwa sesungguhnya buruh adalah penjual tenaga kerja kepada kapitalis. Jadi bukan sebagai partner-ship dari kapitalis dalam proses produksi kapitalis seperti yang biasa dikatakan bahwa kapitalis dan buruh sama-sama bekerja atau melakukan kerja-sama dalam bentuk pembagian “andil”: Kapitalis memberikan kapitalnya, dan buruh memberikan tenaganya. Kata-kata tersebut begitu sederhana dan enak didengar dengan pengertian seakan-akan dalam bekerja-sama antara kapitalis dan buruh sama-sama merasakan dan menerima hasil yang seimbang. Padahal kenyataan menunjukan bahwa tidak pernah ada seorang buruh pun yang hidupnya sama keadaannya dengan si kapitalisnya. Yang jelas, selalu berada jauh di bawahnya. Karena itu apa yang dikatakan sebagai “ bekerja sama” antara kapitalis dan buruh, sebenarnya bukan bekerja sama, sebab si kapitalis mengambil bagian hasil yang sangat besar, sedang buruh hanya menerima sekedar untuk bis melangsungkan hidupnya. Dengan begitu berarti bahwa “bekerja sama” tersebut merupakan suatu bentuk penghisapan. Maka mengatakan buruh sebagai partnership si kapitalis dan bukan sebagai kapital, lalu menyebut bahan mentah sebagai kapital variabel dan bukan sebagai kapital konstan, hanya akan mengaburkan pengertian dan menyelubungkan penghisapan kapitalis.
Pengertian yang benar ialah bahwa bahan mentah adalah kapital konstan, bukan kapital variabel. Sedang tenaga buruh adalah kapital variabel, bukan partnership dari si kapitalis dalam proses produksi kapitalis. Pengertian tersebut merupakan satu kunci yang bisa mudah membuka dan mengetahui rahasia penghisapan kapitalis yang begitu halus, rumit, berliku, terselubung dan tertutup atas kaum buruh hingga tidak terasa dan tidak mudah diketahui. Dengan kunci pengertian itu tabir rahasia penghisapan kapitalis akhirnya tersingkap dan isi penghisapan yang sebenarnya menjadi tampak jelas.

2. UANG


A. Arti uang
Uang menurut mula sejarah timbulnya, adalah alat pertukaran barang-barang kebutuhan dan keperluan masyarakat. Karena itu, uang juga merupakan alat ukuran dan pengukur nilai barang-barang dalam pertukaran. Demikian arti dan fungsi uang pada tingkat mulanya.Tetapi arti dan fungsi itu menjadi berkembang pada zaman kapitalisme sesuai dengan perkembangan ekonomi kapitalis. Begitu selanjutnya arti dan fungsi uang tersebut juga berubah pada zaman sosialisme sesuai dengan keperluan dan sistim ekonominya. Kemudian hal itu juga akan berubah lagi pada zaman komunisme, menjadi sederhana sesuai dengan keperluan dan sistim ekonomi komunisme.
Dengan begitu arti dan fungsi uang berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan keperluan dari satu sistim ekonomi yang berlaku dalam masyarakat. Hal itu bisa diikuti sejak timbul embrionya pada zaman komunal primitif. Pada zaman komunal primitif belum timbul uang dalam arti dan fungsinya yang sesungguhnya. Yang timbul baru embrionya. Fungsinya hanya sebagai alat pertukaran yang karena itu juga merupakan atau berfungsi sebagai ukuran “nilai”.

0 komentar:

Posting Komentar